Kamis, 31 Oktober 2013

Love In Solo

Hi! kali ini aku ingin bercerita tentang kota Solo. kenapa judulnya aku kasih nama Love In Solo karena disini aku menemukan banyak pelajaran yang berharga dan juga cinta kepada sesama untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka. Aku tinggal selama sebulan di kota yang indah ini untuk melakukan praktek kerja. Alhamdulillah sangat bersyukur kepada Allah SWT karena masih bisa diberikan kesempatan untuk tinggal di kota yang luar biasa ini meskipun hanya dalam waktu yang singkat. 

Ini waktu aku melakukan penyuluhan tentang ISPA di posyandu Baluwarti, seneng banget rasanya bisa berbagi ilmu dengan mereka, dan juga seneng liat anak-anak kecil yang lucu-lucu ^_^


Selat Solo, salah satu makanan favorit aku waktu di Solo
Hari terakhir di YIS Solo ditutup dengan Halal Bihalal bersama keluarga besar YIS, warga sekitar YIS, dan atlet difable ^_^

Minggu, 30 Oktober 2011

Dari Cilegon Hingga Blitar Hanya untuk Bersilaturahmi ke Rumah Sakit

Mudik memang sudah menjadi tradisi turun temurun yang wajib dilakukan setahun sekali pada masa libur menjelang lebaran sebagai kaum perantauan. Kegiatan ini diwariskan dari zaman nenek moyang hingga saat ini. Karena kami keluarga merupakan kaum perantauan, maka kami wajib melakukan ritual seperti ini. Meskipun lelah, bosan, dan capek yang dirasakan ditambah lagi dengan kami harus menahan lapar dan dahaga karena sedang menjalankan puasa ramadhan tetapi kami rela melakukannya demi mendapatkan kata maaf dari seseorang yang sangat kami cintai yakni keluarga. Perjalanan kami amat sangat membosankan karena kami harus menghabiskan waktu sekitar 24 jam lebih ditambah dengan berdesak-desakan karena mobil yang saya naiki sangat sempit ruangnya untuk dinaiki sekitar 8 penumpang.

The day that have been waited

Hari-hariku ku lalui dengan didampingi oleh obat-obatan yang membuat hidupku menjadi tak berarti lagi. Setelah sebulan yang lalu aku divonis oleh dokter menginadap penyakit leukemia. Rasanya seperti malaikat pencabut nyawa telah berada disekitarku yang akan mencabut nyawaku apabila sang penguasa jagad raya ini telah mengizinkannya.
Kini usiaku telah beranjak 15 tahun, usia yang orang-orang sebut ABG. Usia yang cukup labil untuk mengetahui semua keadaanku.
“Dina………” panggil mama.
“Iya Ma.”
“Sekarang waktunya minum obat.”
Lalu mama mendekatiku dan akupun menangis memeluknya.
“Ma aku sudah bosan hidup dengan obat-obatan ini yang membuatku makin sakit.”
Mamapun mengelus-elus rambutku.